Setelah sekian lama tidak ke lapangan untuk melanjutkan ekspedisi, karena dana yang sudah cekak, akhirnya tahun ini, ekspedisi di mulai lagi setelah mendapat suntikan dana dari Dirjen Dikti melalui program kreatifitas remaja (PKM). Perencanaan pun di buat dan teman-teman pun dikumpulkan.
Kita memang belum tahu apakah Philautus jacobsoni itu masih ada atau sudah punah, karena dari data ekspedisi tahun lalu belum bisa di simpulkan apakah spesies Philautus yang kami temukan merupakan Philautus jacobsoni atau saudara dekatnya yaitu Philautus aurifasciatus. Masih terlalu sulit untuk membedakannya, karena pustaka tentang spesies ini masih terlalu sedikit. Setelah dideskripsikan oleh Van Kampen tahun 1902, hampir tidak ada lagi yang meneliti spesies ini, sampai akhirnya masuk dalam spesies katak yang hilang.
Hasil kunjungan ke LIPI juga tidak begitu membantu kami menemukan jawaban tentang spesies ini. Dari beberapa spesimen yang kami koleksi, menunjukan adanya perbedaan morfologi, baik dari moncong ataupun web pada kaki belakang. Tetapi kata salah satu peneliti LIPI, spesimen yang kami bawa merupakan speies yang sama, yaitu Philautus aurifasciatus.
Sebenarnya ada salah satu cara untuk mengetahui bahwa itu bukanlah spesies yang sama, yaitu dengan sequensing DNA, Tetapi untuk melakukan hal ini diperlukan biaya yang tidak sedikit.
Dan sekarang kami masih mencoba mencari, baik mencari spesies yang hilang (Philautus jacobsoni) ataupun mencari dana untuk kelanjutan ekspedisi ini sambil menghimpun data Herpetofauna di pegunungan Ungaran yang nantinya akan disusun menjadidatabase tentang keanekaragaman herpetofauna di Pegunungan Ungaran.